Agar
Lulus Dalam Ujian
Disebutkan bahwa dunia ini adalah tempat ujian dan berjuang bercocok tanam. Dan hasilnya akan kita lihat nanti di kehidupan setelah kehidupan dunia ini. Selagi dunia ini adalah tempat untuk berjuang dan ujian maka semestinyalah kita sadari setiap saat bahwa dalam ujian itu ada kegagalan dan dalam pejuangan itu ada kekalahan.
Disebutkan bahwa dunia ini adalah tempat ujian dan berjuang bercocok tanam. Dan hasilnya akan kita lihat nanti di kehidupan setelah kehidupan dunia ini. Selagi dunia ini adalah tempat untuk berjuang dan ujian maka semestinyalah kita sadari setiap saat bahwa dalam ujian itu ada kegagalan dan dalam pejuangan itu ada kekalahan.
Ujian
untuk semuanya, dalam bentuk yang berbeda-beda. Dan di antara ujian itu adalah
ujian yang menjadikan orang benar-benar tidak sadar kalau dia di dalam ujian.
Kita
tahu bahwa kekurangan materi dan sakit jasmani adalah ujian. Di saat itu begitu
mudahnya orang yang mendapatkan ujian tersebut untuk menyadari jika itu ujian.
Sehingga mudah terdengar pengaduan kepada Allah dari lidah orang-orang yang
sakit parah dan kekurangan. Akan tetapi jika ujian itu adalah dalam bentuk
karunia. Sering orang lalai dalam kenikmatan. Tidak sadar seseorang bahwa
kekayaan, pangkat dan kesehatan adalah juga jenis ujian.
Bagi
yang mendapatkan gaji 500 ribu dalam sebulan sangat mudah jika berinfak 5 %
dari semua penghasialan. Akan tetapi yang mendapatkan penghasilan 20 juta dalam
sebulan amat sulit untuk berinfaq 5% dari penghasilanya. Sebab dalam hitungan
angka yang berpenghasilan 500 ribu hanya berinfak 25 ribu sementara yang
berpenghasilan 20 juta berinfaq 1 juta.
Didalam
ujian ini sesorang sering tertipu sehingga yang berpenghasilan 20 juta dengan
kekikiranya melihat yang akan dikeluarkanya yaitu 1 juta dan lupa yang di
perolehnya yaitu 20 juta. Sehingga disaat itu amat sulit baginya untuk
berinfak 5 %.dan akan melihat yang mengeluarkan 25 ribu adalah kecil. Padahal
jika disadari disaat ini antara yang 25 ribu dengan yang 1 juta adalah sama
yaitu 5% dari penghasilan.
Artinya ternyata beratnya seseorang
berbuat baik itu justru di saat di uji oleh Allah dengan kenikmatan. Itulah
yang di isyaratkan oleh Allah bahwa akan melalailakan manusia berbagai macam
karunia didunia. Baik itu harta, pangkat atau kesehatan.
Bertafakkur adalah cara untuk
menjawab ujian di dunia ini. Seorang tukang becak yang tidak memiliki sesuatu
dirumahnya kecuali becak yang di ayunnya setiap hari. Akan tetapi ia masih bisa
menyempatkan diri menyisihkan infaq seribu rupiah setiap hari dari
penghasilan kotornya 20 ribu. Lebih dari itu ia masih sempat menghadiri
pengajian untuk menambah ilmu mendekatkan diri kepada Allah.
Sementara ada yang diberi oleh Allah
segala kemudahan. Penghasilan tinggi, kendaraan bagus akan tetapi ia telah
dijadikan oleh Allah sebagai orang yang tidak lulus ujian. Jangankan berinfaq
5% seperti tukang becak tersebut, 1%pun kadang dirasa teramat berat. Satu jam
dalam seminggu untuk menghadiri pengajian juga teramat sulit karena berbagai
alasan yang semuanya hanya menghantarkan kepada ketidak lulusan didalam ujian
didunia ini.
Yang lulus ujian akan mendapatkan penghargaan dan kemulyaan dari Allah kelak setelah kehidupan ini dan yang gagal akan mendapatkan hukuman dan penghinaan di akhirat nanti.
Yang lulus ujian akan mendapatkan penghargaan dan kemulyaan dari Allah kelak setelah kehidupan ini dan yang gagal akan mendapatkan hukuman dan penghinaan di akhirat nanti.
Wallahu a'lam bishshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar