Tulisan Berjalan

اللهم صل على سيدنا محمد

Selasa, 20 Desember 2011

Jalinan Yang Penuh Makna




Sahabatku, dalam sebuah kebersamaan akan terjalin sebuah persahabatan dan pertemuan. Akan tetapi, tidak semua dari yang bersahabat adalah sama-sama beruntung. Keberuntungan seseorang tersembunyi di balik kalbunya ketika menjalin persahabatan. Dua orang yang bersahabat, jika dibalik persahabatannya ini salah satu dari keduanya selalu berharap kemuliaan di Akhirat, sementara yang satu lagi tidak menjalin pesahabatan  kecuali hanya untuk keuntungan di dunia saja. Maka, walaupun keduanya sama-sama berangkat ke masjid, makan bersama atau bahkan tidur bersama,  akan tetapi apa yang didapat oleh keduanya tidaklah sama. Yang satu orang beruntung dan yang satunya lagi orang yang merugi.

Siapapun dari kita harus mencermati apa yang tersembunyi di balik kalbu kita. Ada apa di balik kedekatan kita dengan seorang sahabat ? Jika seorang Pejabat menjalin persahabatan dengan seorang Ustadz  maka yang paling beruntung adalah yang memanfaatkan kedekatan tersebut untuk mendapatkan kemuliaan di hadapan Allah SWT. Dan alangkah celakanya jika sang Ustadz dekat dengan Penguasa atau Pejabat hanya mengharap keuntungan dunia.  Begitu juga alangkah ruginya jika seorang Pejabat yang dekat dengan ustadz hanya untuk kepentingan dunianya saja
Rasulullah SAW pernah bersabda " Bararangsiapa yang merendah kepada orang kaya ( berpangkat di dunia ) karena dunianya, maka telah hilang dua pertiga (nilai) keberagamaanya."
Ini adalah peringatan  dari Rasulullah SAW agar kita memahami makna sebuah kedekatan. Karena kejahatan hati amatlah tersembunyi dan tidak ada yang bisa mengoreksinya kecuali diri sendiri yang sering mencermatinya.

Sahabatku, dalam kesempatan lain Rasullah SAW juga pernah bercerita. Ada dua orang yang berbeda dalam  menjalani hidupnya. Yang pertama adalah orang yang terlihat baik karena kesehariannya hanya beribadah di atas gunung. Yang satu lagi adalah seorang pemuda, Preman pasar yang secara lahir adalah kotor dan jahat karena pekerjaaanya hanya membuat keributan dan mengganggu orang-orang dipasar. Dan, takdir Allah mempertemukan keduanya di suatu tempat.
Sang Ahli ibadah saat itu kehabisan bekal sehingga ia harus membeli bekal di tengah pasar. Pada saat yang bersamaan, sang Preman pasar berkeinginan untuk bisa dekat dengan Ahli Ibadah yang di atas gunung. Keduanya pun  menempuh tempat tujuan- masing  masing. Yang Ahli Ibadah turun ke Pasar dan Preman Pasar pun menuju ke atas gunung. Akhirnya keduanya bertemu disuatu tempat berpapasan di jalan setapak dikaki bukit. Sang preman merasa terkejut saat berpapasan dengan ahli ibadah tersebut.Yang ada dihatinya adalah rasa kagum dan hormat pada sang ahli ibadah.Sementara sang ahli ibadah melihat sang preman merasa risih sehingga ia tidak menyapanya dan mengucapkan salam kepadanya.Yang ada adalah kesombonganya karena ia merasa sudah menjadi ahli ibadah yang sangat jauh lebih baik  jika dibanding dengan sang Preman . Disaat itu ternyata Allah SWT mencabut hidayah dari sang Ahli ibadah dan memindahkanya kepada sang Preman Pasar.
Dalam hal ini Rasulullah SAW menjelaskan bahwa itu terjadi disebabkan sesuatu yang tersembunyi di hati mereka berdua. Yang ada di hati sang Preman disaat bertemu adalah makna pengagungan kepada ulama Allah , dengan penuh harap agar pertemuan tersebut menjadi sebab Allah SWT mencintainya. Berbeda  dengan yang dirasakan oleh sang Ahli ibadah, yang ada di dalam hatinya bukannya menghadirkan makna kerinduan kepada Allah SWT, akan tetapi hatinya penuh dengan kesombongan sebagai Ahli Ibadah. Akhirnya yang terjadi adalah rasa meremehkan kepada sang Preman dan  bukan melihatnya sebagai ladang amal baik dengan mengajaknya kepada kebenaran dan menjauhkanya dari kejahatan.
Sahabatku, Jelaslah dalam hal ini kita harus bisa mencermati setiap jalinan yang kita rajut.
Anda yang Ustadz, apa makna  kedekatan Anda dengan para Pejabat dan Pengusaha ?
Anda yang Pejabat, apa makna kedekatan Anda dengan para Ulama, Pengusaha dan Fakir miskin?
Anda yang Pengusaha, apa makna kedekatan Anda dengan para Pejabat, Ulama dan Fakir miskin ? Sudahkah Allah SWT hadir dalam jalinan Anda?
Wallahu a'lam bissawab.

Biografi Ibnu Sina


Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.

Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.


Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.



Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.



Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.



Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.



Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.



Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.



Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”



Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.



Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.



Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.



Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.



Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.


I. PENDAHULUAN
Membahas dan menghilangkan sifat-sifat tercela ini bagi mahasiswa maupun di kalangan masyarakat umum sangatlah penting, karena dengan kita mengetahui sifat-sifat ini kita dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal tersebut. Ini termasuk usaha tahliyyah mengosongkan / membersihkan diri dan jiwa lebih dahulu sebelum diisi dengan sifat-sifat terpuji. Sifat tercela in adalah terjemahan dari pada bahasa arab “sifahul mazmumah”, artinya sifat-sifat yang tidak baik yang tidak membawa seseorang manusia kepada pekerjaan-pekerjaan atau akibat-akibat yang membinasakan.
Imam Ghazali menyebut sifat-sifat tercela ini dengan sifat-sifat muhkilat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada kebinasaan, sifat-sifat yang tercela ini beliau sebut juga sebagai suatu kehinaan. Pada dasarnya sifat-sifat yang tercela dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu maksiat lahir dan maksiat batin.
Maksiat lahir adalah segala sifat yang tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti mulut, tangan, mata dan lain-lain. Sedangkan maksiat batin adalah segala sifat yang tercela yang diperbuat oleh anggota batin, yaitu hati.[1]
II. PEMBAHASAN
A. Buruk Sangka (Suuzhan)
Buruk sangka adalah merupakan suatu perbuatan yang timbulnya dari lidah, tidak ada buruk sangka terhadap seseorang, jika lidah tidak bicara / mengata-ngatai.
Sesungguhnya prasangka buruk terhadap seorang muslim disertai fakta yang benar merupakan kendaraan melalui jalan yang kasar dan aib, serta dapat menjadi wabah kemadlaratan bagi masyarakat Islam. Prasangka buruk bukanlah suatu dosa bila hanya bisikan hati sesaat dalam jiwa manusia.[2]
Prasangka dihasilkan dari perbuatan dan perkataan seseorang atau gerak gerik orang yang mendapat tuduhan tertentu dari orang lain. Biasanya prasangka timbul bila seseorang berada dalam situasi yang sulit. Secara psikologis prasangka dapat melahirkan kecenderungan hati untuk menuduh orang lain yang menganggap jelek diri kita. Oleh karena itu Nabi bersabda :
حديث ابىهريرة رضي الله عنه، انّ رسول الله صلىالله عليه وسلم قال : اِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيْثِ {رواه البخارى}
“Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : hendaklah kamu menjauhkan dari sangkaan”, karena sesungguhnya sangkaan itu omongan yang paling berdusta”. (HR. Bukhari).[3]
Sering kita melihat orang yang menuduh orang lain jelek, dan berusaha untuk mengintai orang lain tanpa hak, setelah meneliti dan menemukan suatu kesimpulan dia berghibah (membicarakan kejelekan) terhadap saudaranya yang muslim. Orang yang berbuat seperti itu sama saja dengan melakukan tiga dosa, yaitu dosa karena berprasangka, dosa dari menyelidiki kejelekan orang lain, dan dosa dari membicarakan kejelekan orang lain. Begitulah prasangka jelek itu akan menarik manusia berbuat dosa lebih banyak. Oleh karena itu Allah SWT melarang attjassus “mengintip-intip” dan ghibah. Setelah melarang suudzan “buruk sangka” sebagai peringatan terhadap orang Islam agar tidak menempatkan diri pada posisi yang menjurus kepada suudzan terhadap orang muslim yang adil dan terjaga dari perbuatan dosa.[4]
B. Takabur dan Tahasud
وعن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه عن النبي صلىالله عليه وسلم قال : لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ من كان فىقَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ {رواه مسلم}
“Dari Abdillah ibn Mas’ud r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda : tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong, walaupun hanya sebesar atom”. (HR. Muslim).[5]
Takabur artinya : sombong, congkak atau merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, baik kedudukan, keturunan, kebagusan, petunjuk, dan lain-lain.
Takabur itu terbagi atas 2 macam yaitu :
Takabur batin : yang merupakan pekerti di dalam hati
Takabur lahir : yang merupakan kelakuan-kelakuan yang keluar dari anggota badan, kelakuan-kelakuan ini amat banyak sekali bentuknya dan oleh karena itu sukar untuk dihitung dan diperinci satu persatu.
Jelasnya ialah orang yang menghinakan saudaranya sesama muslim melihatnya dengan mata ejekan, menganggap bahwa dirinya lebih baik dari yang lain, suka menolak kebenaran, sedangkan ia telah mengetahui bahwa itulah yang sesungguhnya benar, maka jelaslah bahwa orang tersebut dihinggapi penyakit kesombongan dan mengabaikan hak-hak Allah, tidak mentaati apa yang diperintahkan olehnya serta melawan benar-benar pada zat yang maha kuasa.
Takabur itu hukumnya haram, kecuali pada 2 tempat :
1. Sombong terhadap orang yang sombong
2. Sombong diwaktu peperangan terhadap orang-orang kafir.[6]
Tahasud
عن ابى هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلىالله عليه وسلم : اِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ ياء كل الحَسَنَاتِ كَمَاتَاءْ كُلُ النَّارُ الْحَطَبَ {اخرجه ابودود}
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasul bersabda takutlah kamu terhadap akibat hasud, sebab hasud itu dapat memakan (menghilangkan) semua kebaikan, seperti makannya api terhadap kayu bakar.[7]
Hasud adalah al-munafasah “bersaing”. Perbuatan hasud ini tidak terjadi kecuali karena suatu nikmat yang diberikan Allah kepada seseorang, barang siapa yang membenci nikmat dan menginginkan hilangnya nikmat dari saudaranya Muslim maka orang itu termasuk orang yang hasud. Oleh karena itu definisi hasud adalah membenci nikmat yang diberikan Allah kepada orang lain dan menginginkan hilangnya nikmat itu, sekalipun dengan cara memberi kuasa kepada orang lain untuk menghilangkan nikmat itu.[8]
C. Membuka aib orang lain
وعن ابى هريرة رضي الله عنه انّ رسول الله صلىالله عليه وسلم قال اَتَدْرُوْنَ مَالْغِيْبَةُ؟ قالوا : اللهُ وَرَسُوْلُهُ اعلمُ : قال ذِكْرُ كَ اَخَاكَ بِمَايَكْرَهُ قَالَ اَفَرَاَيْتَ اِنَ كَانَ فِىاَخِى مَااَقُوْلُ، قَالَ : اِنْ كَانَ فِيْهِ مَاتَقُوْلُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ، وَاِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَاتَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ. {رواه مسلم}
Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah SAW bertanya : “Tahukah kamu sekalian, apakah menggunjing itu? Para sahabat berkata: Allah dan Rasulnya lebih mengetahui, beliau bersabda : “Yaitu bila kamu menceritakan keadaan saudaramu yang ia tidak menyenanginya. Ada seorang sahabat bertanya : bagaimana seandainya saya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada saudaramu itu maka berarti kamu telah menggunjingnya tidak terjadi pada saudaramu, maka kamu benar-benar membohongkannya” (Riwayat Muslim).[9]
Ghibah / menggunjing adalah merupakan suatu perbuatan tercela yang timbulnya dari lidah. Ghibah dengan buruk sangka adalah suatu perbuatan yang hampir-hampir sama, hanya ada perbedaannya sedikit.
Ghibah (menggunjing) à membicarakan kejelekan orang dibelakang orangnya.
Buruk sangka à suatu anggapan tentang orang lain yang boleh jadi benar / salah dengan berdasarkan data-data yang jauh sekali dari kebenaran. Buruk sangka terhadap seseorang sangatlah dicela oleh Islam. Sebab hal ini bisa mengakibatkan pertumpahan darah, karena itu Islam menyuruh menjauhi sifat tersebut.
Buruk sangka dikatakan perkataan dusta karena dua hal : benarnya belum tentu, sedang salah lebih besar dan pasti. Seperti halnya Ghibah, keduanya mencemarkan kehormatan seseorang yang ditimpa buruk sangka.
Humazah yakni mengumpat à orang yang menusuk perasaan seseorang, melukai hati dan memburuk-burukkan orang lain.
Lumazah à penggunjing yang suka daging sesama manusia disebabkan gemar mengumpat.[10]
D. Boros
وعن عَمْرِ وبن شُعَيْبٍ عن اَبِيْهِ عن جَدِّهِ رضي الله عنهم قال : قال رسول الله صلىالله عليه وسلم كُلْ وَاشْرَبْ وَالْبَسْ وَتَصَدَّقْ فِى غَيْرِ سَرَفٍ وَلاَ مَحِيْلَةٍ. {اخرجه ابودود واحمد، وعلَّقَهُ لِلْبُخَاريّ}
Dari Amr Putra Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata : bersabda Rasulullah SAW, makan, minum, dan berpakaianlah serta bersedekahanlah dengan tidak lebih berlebihan dan bukan tujuan sombong”. (Hadits dikeluarkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ahmad). Imam Bukhari menyatakan ta’liqnya.[11]
Pada hakikat sesungguhnya harta benda itu adalah merupakan nikmat yang besar dari Allah SWT. Karena itu berlaku boros dan berroyal dengan harta itu hukumnya haram sebab ada nash yang mencegah hal itu. Demikian juga dihukumi dengan haram kikir membelanjakan harta benda; sebaik-baik penggunaan harta yaitu secara pertengahan dan sedang-sedang, tidak berlebih-lebihan dan berlaku kikir.
Boros / royal terhadap benda yaitu penggunaan harta benda secara berlebihan tanpa ada manfaatnya baik untuk kepentingan duniawi maupun kepentingan ukhrawi, sehingga kemanfaatan harta itu menjadi sia-sia dan tidak memberikan manfaat, misalnya membuang harta ke dalam lautan / membakarnya ke dalam api, tidak memetik buah-buahan yang telah masak di pohon sehingga ia menjadi busuk / rusak dan tidak bisa diambil kemanfaatannya.[12]
III. KESIMPULAN
Akhlak tercela dalam Islam sangat membahayakan dalam pergaulan sehari-hari. Jadi sia-sialah segala amal kebaikan apabila penyakit hati berada dalam hati kita dan akan mengganggu pula ketenangan jiwa kita. Oleh sebab itu apabila penyakit hati sudah mulai bersarang dan berkembang di dalam hati segeralah diobati dengan jalan zuhud (tidak tertarik dan mementingkan kepada keduniawian).
IV. PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat memberi manfaat bagi yang membacanya. Tentunya banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan makalah ini baik terlebih masalah isi, untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Asmaran AS. MA., Pengantar Study Ahlaq, Rajawali Pers, Jakarta, 1992.
Imam Ghazali. Bahaya Lidah, Bumi Aksara, Jakarta, 1990.
Hasan Ayyub, Etika Islam, Trigenda Karya, Bandung, 1994.
Riyadlussalihin, Jilid I.
Riyadlussalihin, Jilid II.
Drs. Anwar Mas’ari, MA., Ahlaq al-Qur’an, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1990.
Bulughul Maram.


[1] Drs. Asmaran AS. MA., Pengantar Study Ahlaq, Rajawali Pers, Jakarta, 1992, hal. 183
[2] Imam Ghazali. Bahaya Lidah, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hal.
[3] Riyadlussalihin, hal. 190
[4] Hasan Ayyub, Etika Islam, Trigenda Karya, Bandung, 1994, hal. 124
[5] Riyadlussalihin, Jilid I, hal. 576
[6] Drs. Anwar Mas’ari, MA., Ahlaq al-Qur’an, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1990, hal. 210
[7] Bulughul Maram, hal. 761
[8] Hasan Ayyub, op.cit., hlm. 113
[9] Riyadlussalihin, Jilid II, hal. 393
[10] Imam Ghazali, op.cit., hlm. 64
[11] Bulughul Maram, hal.
[12] Drs. Anwar Mas’ary, op.cit., hlm. 228

Selasa, 06 Desember 2011

TERNYATA MENANGIS ITU INDAH


Suatu ketika Rasulullah SAW becerita tentang seorang yang tampil sebagai yang merindukan Allah SWT. Sebagai yang menuju Ridho Allah SWT. Dan sebagai yang berharap kepada Allah SWT. Akan tetapi ia adalah orang yang tidak peduli terhadap dosa dan tidak pernah menyesali atas kesalahannya. Lalu Rosulullah berkata, "Bagaimana do'anya akan terkabul?" Bagaimana harapannya terpenuhi? Bagaimana kerinduannya terobati? Sementara dia adalah orang yang gemar dengan dosa, makan dan minumnya dari yang haram, serta berpakain dari yang haram.

Sahabatku dari gambaran perilaku tersebut bisa di fahami artinya ada yang menghalangi langkah-langkah kita menuju Allah SWT.  Dan ada yang menghambat perjalanan kita menuju Keridhoaan Allah SWT. Yang berjuang dengan sungguh-sungguh dalam menempuh jalan menuju Allah SWT akan menemui kesia-siaan  jika ia tidak sadar akan adanya penghalang serta berusaha untuk menghilangkannya. Penghalang itu adalah dosa dan untuk menghilangkannya adalah  dengan bertaubat. Maka taubat adalah hal pertama dan utama yang harus dilakukan bagi seseorang yang ingin menempuh jalan menuju Ridho Allah SWT. Dan yang bisa bertaubat, hanyalah orang yang pernah merenungi dosa-dosanya serta menyadari segala kesalahannya.

Renungkanlah wahai sahabat! Bagaimana bisa bertaubat orang yang tidak pernah menyesali dosa-dosanya dan bagaimana bisa menyesal orang yang tidak pernah merenungi kesalahannya. Merenungi bahwa kesalahan adalah sebab murka Allah SWT. Dan jika Allah SWT murka  maka Allah SWT akan menyiksanya.

Sungguh dosa sebesar apapun jika disesali lalu memohon ampun dengan sungguh-sungguh maka Allah SWT akan mengampuni. Begitu juga dosa sekecil apapun jika tidak pernah disesali maka Allah SWT tidak akan mengampuni. Yang telah bertaubat akan kembali bersih seperti yang belum pernah berdosa. Yang telah bertaubat menjadikan Syaitan sangat menyesal dan kecewa tiada terkira. Bahkan satu hal yang menakjubkan bagi Rasulullah SAW adalah orang yang terjerumus dalam dosa dan maksiat, lalu ia bertaubat disaat ia masih mudah dan memeiliki banyak peluang untuk terus melakukan dosa tersebut .

Sahabatku,
Pernahkah kita merenung ? Jika kematian menjelang sementara dosa-dosa kita belum diampuni oleh Allah SWT.
Sudahkah kita sadari ? Jika dosa belum diampuni itu artinya Allah SWT akan menyiksa kita di alam barzah dan akan dilanjutkan dengan siksa di akhirat kelak.
Alangkah mengerikannya siksa dan murka Allah SWT.
Sudahkah kita menangis di tengah malam, saat kita mengadu kepada Allah SWT ?
Sudahkah kita menangis, saat kita teringat dosa-dosa?
Sudahkah kita mengangis di saat kita memohon ampun kepada Allah SWT?
Jangan ragu dengan Allah SWT! Allah SWT akan mengampuni dosa sebanyak apa pun jika kita menyesalinya. Dan Allah SWT tidak akan mengampuni dosa sekecil apa pun jika kita tidak menyesalinya.

Sungguh saat terindah adalah saat menitikan air mata penyesalan atas dosa-dosa.
Dan mata yang menangis karena takut murka Allah SWT tidak akan menangis lagi kelak di akhirat disaat mata-mata orang berdosa pada menangis.
Menangislah!Menangislah kerena dosa-dosa! Jika kita belum bisa menangis maka berusahalah terus untuk menangis. Dan jika kita masih tidak bisa menangis maka menangislah karena kita telah tidak bisa menangis. Sebab saat itu hati kita teramat keras. Dan sungguh hati yang keras bukanlah lahan yang subur untuk menanam kerinduan dan cinta kepada Allah SWT. Hati yang keras akan subur dengan lumut ketakaburan yang hanya akan menjauhkan seseorang dari menerima dan menginsyafi kebenaran.
Menangislah wahai sahabatku untuk  untuk menyesali semua dosa- dosa yang telah kita perbuat.
Itulah tangisan indah, tangis Penyesalan.

Wallahua'lam..

Indahnya Sebuah Seruan



Didalam menyeru kepada kebaikan tentu ada tata krama yang tidak pernah terlepas dari makna ilmu dan akhlak. ‘ Ilmu ’ saja tanpa akhlak tidak bisa membangun, dan ‘ Akhlak ’ tanpa ilmu adalah lemah, maka harus digabungkan antara ilmu dan akhlak. Dalam irama mengajak kepada kebaikan, tugas kita adalah menjauhkan siapapun dari murka Allah SWT. Seorang muslim harus semakin didekatkan kepada Allah SWT dan ditarik dengan penuh kerinduan agar ia bisa merindukan Allah SWT. Dan yang belum masuk Islam harus diajak dengan penuh kasih sayang agar kenal Allah SWT.
Ada beberapa hal yang harus dicermati disaat kita mengajak kepada kebaikan :
Pertama adalah Koreksi. Disaat kita melihat kesalahan yang kita duga ada pada orang lain, maka mula-mula yang harus kita lakukan adalah menemukan kesungguhan sebuah kesalahan, jangan sampai terlanjur kita mengangkat suara menyalahkan orang lain ternyata kesalahan justru ada pada diri kita. Kita harus mengoreksi diri terlebih dahulu dengan mendiskusikannya kepada pakarnya agar jangan salah dalam menyalahkan orang. Disini ada makna pengukuhan dan pendalaman ilmu. Jika kita menemukan kesalahan ada pada diri kita, maka segeralah kita menginsyafinya dan memohon maaf. Dan jika kesalahan ada pada orang lain maka saat itulah kita menuju langkah berikutnya dalam mengajak kepada kebaikan. Artinya, jika langkah yang pertama ini belum kita lakukan maka sungguh tidak pantas kalau kita menuju kepada langkah berikutnya.
Kedua, bila kita menemukan kesalahan ada pada orang lain. Kita harus bedakan apakah kesalahan tersebut dilakukan dengan  sengaja menentang Allah SWT atau karena ia belum tahu kalau dia salah ? Karena ini adalah dua model manusia yang  sangat berbeda ketika kita mengajaknya kepada kebenaran.
Jika ternyata ia tergolong yang melakukan kesalahan karena ia belum tahu, karenanya ia berbuat kesalahan maka cukuplah kita tunjukkan kebenaran kepadanya dengan keindahan dan jangan ditambah lagi dengan celaan dan cacian. Sebab saat kita menunjukkan kebenaran kepadanya sungguh itu sama artinya kita mengatakan kepadanya jika  ia salah. Setelah itu jangan sampai kita  memutuskan silaturahim baik disaat ia menerima atau tidak kebaikan yang kita sampaikan.
Ketiga adalah Kesabaran, Jangan mudah putus asa, karena dakwah adalah perjuangan indah yang tiada henti, sebagaimana Rosulullah Muhammad SAW membangun keindahan dengan keindahan hingga beliau menghadap Allah SWT
Wallahu  a'lam bissawab.

Dialah Seorang Hamba, Namun Teramat Mulya



Seorang Hamba, Namun Teramat Mulya
Satu ayat Al-Quran bercerita tentang"isra"nya Rasulullah SAW,  dan ketika itu disebutkan bahwa Rasulullah SAW itu adalah seorang hamba  "biabdihi". Begitu juga tentang "mi'raj"nya  Rasulullah SAW beliau sendiri menceritakan dengan ungkapan hamba "faauha ila abdihi".
Sebuah ungkapan pendidikan Iman kepada Allah SAW sang Pencipta dan Iman kepada Rasulullah SAW  yang seorang hamba namun  amat di cintai dan di muliakan oleh Allah SWT. Pendidikan iman yang amat halus dan cermat. Ungkapan yang mengingatkan kita kepada keberadaan Rasulullah SAW yang sebenarnya yaitu seorang hamba pilihan.
Makna yang tersirat dalam ungkapan indah  itu adalah; Rasulullah SAW menjalani isra dan mi'raj, setinggi apapun Rasulullah meniti perjalanan mi'raj, dan semulia apapun tempat yang beliau kunjungi, akan tetapi tetaplah Rasulullah SAW adalah seorang hamba yang tidak akan  berubah menjadi selain hamba Allah SWT. Itulah Rasulllah SAW yang dalam pengalaman istimewa ini Allah SWT dengan sengaja menggelarinya sebagai hamba.
Ini sangat sesuai dengan apa yang pernah di peringatkan oleh Rasulullah "laatuhhruuni kamaa athratinnasooro 'iisaa ibna maryama" agar kita tidak menyanjung berlebihan kepada Rasulullah SAW seperti yang dilakukan kaum nasrani dalam menyanjung Nabi Isa AS. Yaitu dengan menyanjung dan mengangkat Nabi Isa hingga  sampai derajat ketuhanan.
Artinya Rasulullah SAW biarpun telah melampaui tempat mulia sidratul muntaha akan tetapi beliau tetaplah hamba Allah SWT. Hamba Allah SWT  saat di bumi dan hamba Allah SWT saat di atas langit. Dan sungguh gelar hamba itulah gelar yang sangat di cintai oleh Rasulullah SAW.
Makna lain yang bisa dimengerti adalah, Rasulullah biarpun seorang hamba akan tetapi beliau telah diagungkan dan dimuliakan oleh sang pencipta Allah SWT. Dan kitapun diperintahkan untuk memuliakanya. Allah SWT sangat menganjurkan kita  agar menyanjung makhluk paling agung dan mulia ini dalam kesehari-harian kita. Sanjungan ini tidak ada batasnya. Kita boleh mengagungkan dan memuliakan  Rasulullah SAW dengan pengagungan sepuas hati kita. Sebab semua kemuliaan dan keagungan yang ada pada semua makhluq Allah SWT adalah dibawah kemulyaan dan keagungan yang ada pada Rasulullah SAW. Kita boleh mengangkat Rasulullah SAW setinggi-tingginya karena hanya beliaulah yang mencapai pangkat dan tempat tertinggi. Akan tetapi dengan catatan jangan sampai kita mencabut sifat "kehambaan "dari Rasulullah SAW.
Suatu kepincangan dalam keimanan adalah, yang mempercayai  Rasulullah SAW sebagai seorang hamba yang di angkat tinggi-tinggi oleh Allah SWT dalam tempat dan pangkat akan tetapi begitu keberatan jika ada sanjungan diberikan kepada Rasulullah SAW. Begitu juga suatu pemusnahan terhadap iman adalah menyanjung Rasulullah SAW dengan sanjungan yang menghilangkan sifat kehambaan Rasulullah SAW.
Wallahu a'lam bishshowab.
http://counters.gigya.com/wildfire/IMP/CXNID=2000002.0NXC/bT*xJmx*PTEyODQzODI5NDMwMDAmcHQ9MTI4NDM4MzAxMjIwMyZwPTIzODk4MSZkPUlzbGFtaWMlMjBDYWxlbmRhciUzYSUyMG9y/bmFtZW5*MDEmZz*xJm89NGMyMGE3ODdiMGUyNDFlYzg1ODFhOTgzNDNkZmNjNmMmb2Y9MA==.gif

Berfikir Cerdas Dengan Mempermudah Pernikahan




Orang tua yang begitu bersemangat untuk mencarikan obat bagi anaknya yang sedang sakit. Sungguh semangat yang tiada tandingnya, rela mengkorbankan semua yang dimilikinya demi kesembuhan sang anak, sehingga orang tua akan marah-marah jika ternyata anak yang sedang di obati ogah-ogahan meminum obat tersebut. Begitu juga orang tua yang mencubit paha anaknya yang berusia 7 tahun karena menyeberang jalan tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan hingga hampir saja tersambar sebuah mobil yang berkecepatan tinggi.

Itulah gambaran kasih sayang dan cinta yang tertuang dalam kepedulian dan pengorbanan. Ada kebutuhan anak yang teramat penting akan tetapi banyak orang tua yang sering ogah-ogahan dalam memenuhinya. Adalah kebutuhan seorang anak yang tidak lagi disebut seorang anak akan tetapi seorang anak yang sudah menjadi lelaki dan perempuan dewasa. Pada usia tertentu seorang tua tidak boleh melihat seorang anak hanya sekedar sebagai seorang anak akan tetapi ada saat-saat tertentu seorang anak harus dilihat sebagai seorang laki-laki atau seorang wanita yang membutuhkan pemenuhan dalam masalah "seks".

Adalah kebutuhan seorang anak yang tidak lagi disebut seorang anak akan tetapi seorang anak yang sudah menjadi lelaki dan perempuan dewasa. Zaman ini adalah zaman yang amat berat menguji muda-mudi dengan maraknya perzinaan dan pergaulan yang menghantar kepada perzinaan. Teringat sabda Nabi SAW, "Sebaik-baik pernikahan adalah yang dipermudah dan disegerakan".

Pernyataan dari Rasulullah SAW tersebut merupakan sabda sekaligus solusi bagi problema remaja saat ini, dan bagi sebagian orang yang beranggapan bahwa pernikahan dini sulit mencapai kebahagiaan. Yang harus dimengerti adalah pernikahan dini bukan pernikahan sebelum waktunya akan tetapi pernikahan dini adalah menyegerakan pernikahan dan mempermudah urusan pernikahan. Saat adanya tanda- tanda bahwa sang anak sudah mendekati perzinahan, maka wajib bagi orang tua manapun untuk bersegara mencarikan solusi! Dan sungguh jika ada anak lapar seorang tua bisa memberinya makanan dan jika anak sakit orang tua bisa membelikan obat untuk anaknya. Akan tetapi jika anak sudah mengenal "seks" dengan matanya lewat adegan kotor di tv atau dengan telinganya lewat obrolan-obrolan jorok di sekolahnya atau dengan pikiranya lewat bacaan dan gambar-gambar porno, dibarengi dengan pergaulan diluar rumah yang tidak terkontrol, hingga sampailah anak tersebut pada batas butuh kepada pemenuhan kebutuhan seks.

Hal itu tidak akan terselesaikan bila sekedar diganti dengan makanan enak atau yang lainya. Dan orang tua tidak akan bisa memenuhi kebutuhan sang anak kecuali dengan membuka jalan pernikahan. Disinilah peran orang tua harus hadir. Membincangkan masalah pernikahan dengan anak demi keselamatan sang anak. Terlepas dari usia sang anak, pembatasan usia bukan solusi akan tetapi justru problem. Pernikahan bisa diatas 16 tahun dan bisa dibawah 16 tahun. Asal ada tanda-tanda suka dengan lawan jenis saat itulah orang tua harus bisa mendiskusikanya dengan sang anak. Dari situlah akan hadir makna pengarahan sekaligus pemahaman seberapa besar kebutuhan sang anak kepada seks , lalu dilanjutkan dengan solusi yang baik.
Teringat sabda Nabi SAW, "Sebaik-baik pernikahan adalah yang dipermudah dan disegerakan"..

Pernikahan tidak harus menunggu usia tertentu atau jenjang pendidikan tertentu atau karir tertentu. Akan tetapi kapan anak butuh akan pernikahan maka saat itulah usia nikah yang tepat untuknya . Ada sebagian orang bersemangat menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi dengan harapan mendapatkan keahlian untuk bisa bekerja di tempat yang layak.Akan tetapi ia teledor akan hal yang dibutuhkan anaknya yang setiap hari bepergian dengan lawan jenis , atau saling telepon yang hanya membangkitkan hawa nafsu. Bahkan disaat sang anak berterus -terang akan jalinannya dengan lawan jenis lalu meminta untuk menikah, tiba-tiba yang ada adalah jawaban keras dari orang tua yang memangkas keberanian dalam menyampaikan apa yang ada di hatinya.Yaitu jawaban yang penuh ego "aku tidak izinkan engkau menikah kecuali engkau telah selasai kuliah".

Apa yang terjadi pada sang anak, disatu sisi ia harus patuh kepada orang tua di sisi lain ia dia ambang bahaya pergaulan dengan lawan jenis. Maka iapun menyelesaikan kuliah hingga sarjana dan gelarpun di raih akan akan tetapi ada gelar tambahan yang tidak tertera bersama namanya yaitu gelar Pezina.Na’udzubillah… Orang tua yang lalai akan keselamatan moral anaknya, yang hanya berfikir tentang karir dan gelar kemulyaan di dunia akan tetapi lalai akan kemuliaan sang anak di akhirat nanti, itulah orang tua yang akan menuai penyesalan panjang di akhirat nanti, menuai dosa zina yang dilakukan sang anak.

Wallahu a'lam bishshowab.

Arti Sebuah Kerinduan



Yang terucap dengan lidah kita, tentang Allah SWT, ridho Allah SWT, surga, neraka, iman kepada Allah SWT,  Rasulullah SAW dan segala yang hal di seputar  Islam. Sudahkan kalimat-kalimat tersebut disaat terucap di bibir, sekaligus dirasa oleh hati nurani kita.  Berapakali kita menghadiri diskusi tentang Islam, seminar tentang syariah, perencanaan dalam da'wah dan lain sebagainya. Sebarapa besar makna kedekatan kita kepada Allah SWT kita rasakan dari segala gebyar aktivitas tersebut. Teringat sabda nabi SAW, " Ada orang membaca al-Qur'an, akan tetapi  bacaannya tidak bisa melewati tenggorokannya." Artinya ada orang berbicara tentang perjuangan untuk Islam, syariat Islam, Allah SWT dan lain  sebagainya. Akan tetapi pembicaraan tersebut hanya bergema ditenggorokannya saja dan tidak bisa terus meresap kehati.
Ada orang yang sibuk diskusi tentang Islam dan berbicara tentang pemikiran Islam dan Islam akan tetapi diskusi dan pembicaraan tersebut hanya berputar-putar diseputar otak kepalanya dan tidak bisa di hayati oleh hatinya. Ada orang yang lantang suaranya mengajak orang lain kepada Allah SWT dengan metode penyampaian yang amat menarik, akan tetapi ajakan tersebut hanya untuk orang lain sementara hatinya sendiri tidak merasa terpanggil untuk menyambut ajakan tersebut. Itulah orang-orang yang didustakan oleh Allah SWT kelak di Akherat. Di dunia mempunyai gelaran kebesaran dalam urusan agama, akan tetapi gelar-gelar tersebut tidak mereka ketemukan di akhirat.
Yang kita lakukan disaat ini dan disaat-saat yang telah lalu dari diskusi tentang Islam dan da'wah.

Yang sering kita suarakan dan kita perdengarkan kepada orang lain tentang iman, surga, neraka dan lain sebagainya. Sudahkan semua itu menjadikan kita semakin takut kepada Allah SWT, semakin rindu kepada Allah SWT, semakin mengagungkan Allah SWT, Rasulullah SAW dan Islam? Pernahkah disaat kita mendiskusikan syari'at Islam, tiba-tiba kita mendengar suara adzan, lalu kita bergegas menyambut seruan muadzin untuk khusu' shalat berjamaah? Sudahkah kita yang disiang hari sibuk berbicara tentang ridha Allah SWT, surga dan kerinduaan kepada Allah SWT, lalu ditengah malam kita mengkhususkan waktu untuk memadu kasih dengan Allah SWT? Jika ini semua belum pernah kita lakukan, tanyakan kepada hati kita sendiri! Apa makna perjuangan kita tentang Islam, Allah SWT dan Rasulullah SAW  kalau bukan untuk menumbuh suburkan kerinduan kita kepada Allah SWT? Apa arti sebuah pemikiran tentang Islam, jika bukan untuk menjadikan kita rindu keselamatan di akhirat? Apa arti kalimat yang diucapkan oleh lidah kita tentang kecintaan kepada Allah SWT dan Islam, jika tidak kita sambung dengan merintih khusu' dalam ibadah kita kepada Allah SWT di sepinya malam?
Ya Allah, pencipta cinta dan kerinduan, jadikanlah kecintaan dan kerinduan kami hanya kepada-Mu dan karenamu!Ya Allah jadikanlah kami adalah orang-orang yang gemar menyampaikan kebenaran sekaligus mudah untuk mendengarnya! Ya Allah Jadikanlah kami orang-orang yang menyeru kepada kerinduan kepada-Mu dengan hati dan lidah kami!Ya Allah jadikanlah kami sebab rindunya hamba- hamba-Mu kepada-Mu! Wallahu a'lam bishshowab

Arti Sebuah Harapan



Alangkah banyaknya pekerjakan yang telah kita kerjakan dari pagi hingga petang, dan kadang berlanjut hingga tengah malam, bahkan ada yang bersambung hingga pagi berikutnya. Akan tetapi, adakah itu semua telah dibarengi dengan sesuatu yang amat penting yang akan menjadikan semua aktivitas kita bermakna? Ia adalah niat, maksud dan tujuan. Ia adalah ruh dari semua amal perbuatan kita. Disitulah letak pandang dan penilaian Allah SWT.
Kemuliaan seseorang tergantung pada apa yang di kandung hatinya. Penarik becak, penjual bakso, seorang ustadz, pejabat dan  semuanya, sama-sama jelek di hadapan Allah SWT, jika yang terkandung di dalam hatinya adalah rencana busuk, niat yang jelek dan tujuan yang tidak baik. Begitu juga sebaliknya  mereka sama-sama mulia di hadapan Allah SWT, jika yang terkandung di dalam hatinya maksud yang mulia. Rasulullah SAW pernah bersabda, bahwa karena niat yang terkandung di hati ada pekerjaan terlihat dalam bentuk dunia akan tetapi dinilai oleh Allah SWT sebagai amal akhirat, ada amal yang terlihat sebagai amal akhirat akan tetapi, dinilai Allah SWT sebagai amal dunia yang buahnya tidak bisa di petik di akhirat.
Seseorang yang sedang mengerjakan shalat, berdakwah dan berinfaq mendapatkan nilai maksiat jika semua itu dilakukan tidak disertai niat baik yang tulus dalam mengabdi kepada Allah SWT. Akan tetapi bisa jadi bagi mereka yang  hanya berurusan dengan pasar, sawah dan perusahaan akan mendapatkn nilai jihad dan kemuliaan karena ketulusan hatinya dalam merindu ridho Allah SWT di penghujung harapannya.
Marilah kita insyafi makna ini agar aktivitas kita ada nilainya dihadapan Allah  SWT. Dan Sebelum kita pergi melaksanakan aktivitas, marilah menghadap kepada Allah SWT dengan air wudhu lalu sholat hajat dua rokaat, kemudia memohon kepada Allah SWT agar mempermudah urusan kita, lalu kita tutup dengan merenungi apa yang ada di hati kita. Sudahkah kita berniat yang baik dan rindu ridho Allah SWT dalam aktivitas ini? Kemudian, senantiasa sertakan makna ini sepanjang kita beraktivitas. Jika kita benar-benar serius dan tulus dalam merenung ini sungguh sepanjang kita beraktivitas akan terjauh dari pelanggaran kepada Allah SWT. Sebab yang menuju Allah SWT akan senantiasa mengambil cara yang di ridhoi Allah SWT agar sampai kepada tujuan. Dan tujuan sebaik apaun jika cara yang kita ambil untuk sampai ke tujuan tidak baik, itu pertanda bahwa niat dan tujuan kita bukanlah yang baik.  Dan bagaimanapun juga  kita tidak akan sampai kepada tujuan yaitu ridho Allah SWT.
Wallahu a'lam bishshowab.
http://counters.gigya.com/wildfire/IMP/CXNID=2000002.0NXC/bT*xJmx*PTEyODQzODI5NDMwMDAmcHQ9MTI4NDM4MzAxMjIwMyZwPTIzODk4MSZkPUlzbGFtaWMlMjBDYWxlbmRhciUzYSUyMG9y/bmFtZW5*MDEmZz*xJm89NGMyMGE3ODdiMGUyNDFlYzg1ODFhOTgzNDNkZmNjNmMmb2Y9MA==.gif

Agar Orang Tua Tidak Tertipu


AGAR ORANG TUA TIDAK TERTIPU
Saat ini anak-anak kita yang di kelas 6 SD, 3 SMP dan SMA di hadapkan pada harapan baru jenjang sekolah yang lebih tinggi. Disini peran orang tua harus jelas dan tegas dalam memilihkan sekolah untuk mereka. Yang harus di mengerti adalah anak kita tidak mungkin hidup sendiri akan tetapi anak kita akan bertemu dengan teman baru dan lingkungan yang baru. Semua itu harus jadi perhitungan orang tua dalam memilihkan sekolah untuk anak-anaknya. Dan saat ini pun  anak kita juga punya  pergaulan yang sedikit atau banyak telah membentuk watak dan mempengaruhi harapan-harapanya. Maka tidak benar jika orang tua dalam hal ini menyerahkan sepenuhnya kepada pilihan anak. Akan tetapi jauh-jauh hari orang tua harus sudah memikirkan dan merencanakan dimana anaknya hendak sekolah di samping memperhatikan kemauan dan bakat sang anak. Dalam Kriteria orang tua yang terpenting adalah keselamatan akhlak dan agama anak-anaknya kemudian tercapai cita-cita mulianya.
Islam sangat mendukung orang-orang aktif, ktreatif dan inovatif sebagai penguat Islam. Maka kita butuh dokter, pakar ekonomi, pakar politik dan ahli pertanian yang semua itu tidak lain adalah demi tertunaikanya kewajiban fardhu kifayah kita. Akan tetapi semua itu tidak ada nilainya di hadapan Allah jika bukan dari orang-orang yang kenal Allah. Karena keahlian bagi orang yang tidak kenal Allah adalah pembuka celah baru untuk bermaksiat. Bahkan ada kemaksiatan besar yang sulit di lakukan kecuali oleh orang-orang yang punya keahlian, atau ada kemaksiatan tidak di rasa sebagai kemaksiatan karena kebodohan. Jika kita ingi anak kita menjadi dokter harus kita rencanakan bagaimana agar menjadi dokter yang berakhlaq mulia, rajin solat yang bisa menitikkan air mata di malam hari karena takut kepada Allah. Begitu juga kepakaran yang lainya. Kita tidak ingin ilmu fardhu kifayah di peroleh  oleh anak kita akan tetapi anak kita tidak bisa menjalankan kewajiban untuk dirinya sendiri (fardhu ain). Kita tidak ingin anak kita menolong orang di sekitarnya akan tetepi dirinya sendiri tidak selamat. Kita tidak ingin anak kita mendapatkan gelar sarjana dan kepakaran dalam disiplin ilmu tertentu akan tetapi tanpa kita sadari anak kita juga bergelar pezina dan pemabuk (Na’udhubillahi Mindhalik).
Sebelum semuanya berlalu, saat inilah waktunya kita untuk berfikir dan berusaha menjadikan anak-anak kita anak yang di cintai Allah SWT.  Anak adalah nikmat sekaligus amanat, jangan sampai kita salah mengarahkan anak kita  hingga akhirnya di akhirat nanti nikmat ini berubah menjadi bencana sebab kita masuk neraka. Jangan menyogok di saat memilihkan sekolah anak kita hanya karena menuruti keinginan hawa nafsu kesombongan tergiur lebel sekolah favorit. Karena hal itu adalah bibit ketidak jujuran dan kejahatan  yang kita tanamkan di hati anak kita . Itulah yang  menjadikan sebab ilmu yang diperoleh anak kita tidak bermanfaat. Kemudian, lihat akidah yang dianut oleh lingkungan sekolah yang akan kita pilihkan untuk anak kita. Hingga kitapun tahu di samping kuliah, kepada siapa kira-kira anak kita akan menimba ilmu agama. Sebab kesesatan saat ini beragam dan dikemas dengan berbagai kemasan dengan lebel ilmiah yang amat membahayakan anak kita. Kita juga harus melihat calon tempat tinggal anak kita, jangan sampai tanpa kita cermati ternyata anak kita masuk dalam pergaulan kotor dengan zina dan minuman keras serta lingkungan orang yang tidak takut kepada Allah.
Bagi yang ingin masuk pesantren atau kuliah keagamaan, para orang tuapun di tuntut cermat dan jeli dalam memilihkan pesantren dan kampus untuk anak-anaknya. Bahkan disaat seperti ini orang tua dituntut lebih cermat lagi dari yang anaknya mengambil  pendidikan umum. Sebab pesantren dan kampus Islam saat ini juga banyak yang tercemari polusi akidah sesat dan akhlak yang tidak terpuji.  Karena sudah pakai lebel agama  maka jika salah lebih susah untuk  di sadarkan dari yang lainya. Agar tidak salah pilih, bangun komunikasi dengan orang  alim dan soleh yang secara lahir terbukti takut kepada Allah, menjaga syariat Rasulillah, untuk bisa mengarahkan kita dalam memilihkan sekolah dan pesantren untuk anak-anak kita. Jangan lupa sertakan sholat istikhoroh.
Wallahu  a’lam bishshowab.   
http://counters.gigya.com/wildfire/IMP/CXNID=2000002.0NXC/bT*xJmx*PTEyODQzODI5NDMwMDAmcHQ9MTI4NDM4MzAxMjIwMyZwPTIzODk4MSZkPUlzbGFtaWMlMjBDYWxlbmRhciUzYSUyMG9y/bmFtZW5*MDEmZz*xJm89NGMyMGE3ODdiMGUyNDFlYzg1ODFhOTgzNDNkZmNjNmMmb2Y9MA==.gif

Agar Lulus Dalam Ujian


Agar Lulus Dalam Ujian Bottom of Form       
Disebutkan bahwa dunia ini adalah tempat ujian dan berjuang bercocok tanam. Dan hasilnya akan kita lihat nanti di kehidupan setelah kehidupan dunia ini. Selagi dunia ini adalah tempat untuk berjuang dan ujian maka semestinyalah kita sadari setiap saat bahwa dalam ujian itu ada kegagalan dan dalam pejuangan itu ada kekalahan.
Ujian untuk semuanya, dalam bentuk yang berbeda-beda. Dan di antara ujian itu adalah ujian yang menjadikan orang benar-benar tidak sadar kalau dia di dalam ujian.
Kita tahu bahwa kekurangan materi dan sakit jasmani adalah ujian. Di saat itu begitu mudahnya orang yang mendapatkan ujian tersebut untuk menyadari jika itu ujian. Sehingga mudah terdengar pengaduan kepada Allah dari lidah orang-orang yang sakit parah dan kekurangan. Akan tetapi jika ujian itu adalah dalam bentuk karunia. Sering orang lalai dalam kenikmatan. Tidak sadar seseorang bahwa kekayaan, pangkat dan kesehatan adalah juga jenis ujian.
Bagi yang mendapatkan gaji 500 ribu dalam sebulan sangat mudah jika berinfak 5 % dari semua penghasialan. Akan tetapi yang mendapatkan penghasilan 20 juta dalam sebulan amat sulit untuk berinfaq 5% dari penghasilanya. Sebab dalam hitungan angka yang berpenghasilan 500 ribu hanya berinfak 25 ribu sementara yang berpenghasilan 20 juta berinfaq 1 juta.
Didalam ujian ini sesorang sering tertipu sehingga yang berpenghasilan 20 juta dengan kekikiranya melihat yang akan dikeluarkanya yaitu 1 juta dan lupa yang di perolehnya yaitu  20 juta. Sehingga disaat itu amat sulit baginya untuk berinfak 5 %.dan akan melihat yang mengeluarkan 25 ribu adalah kecil. Padahal jika disadari disaat ini antara yang 25 ribu dengan yang 1 juta adalah sama yaitu 5% dari penghasilan.
Artinya ternyata beratnya seseorang berbuat baik itu justru di saat di uji oleh Allah dengan kenikmatan. Itulah yang di isyaratkan oleh Allah bahwa akan melalailakan manusia berbagai macam karunia didunia. Baik itu harta, pangkat atau kesehatan.
Bertafakkur adalah cara untuk menjawab ujian di dunia ini. Seorang tukang becak yang tidak memiliki sesuatu dirumahnya kecuali becak yang di ayunnya setiap hari. Akan tetapi ia masih bisa menyempatkan diri menyisihkan infaq seribu rupiah setiap hari dari   penghasilan kotornya 20 ribu. Lebih dari itu ia masih sempat menghadiri pengajian untuk menambah ilmu  mendekatkan diri kepada Allah.
Sementara ada yang diberi oleh Allah segala kemudahan. Penghasilan tinggi, kendaraan bagus akan tetapi ia telah dijadikan oleh Allah sebagai orang yang tidak lulus ujian. Jangankan berinfaq 5% seperti tukang becak tersebut, 1%pun kadang dirasa teramat berat. Satu jam dalam seminggu untuk menghadiri pengajian juga teramat sulit karena berbagai alasan yang semuanya hanya menghantarkan kepada ketidak lulusan didalam ujian didunia ini.
Yang lulus ujian akan mendapatkan penghargaan dan kemulyaan dari Allah kelak setelah kehidupan ini dan yang gagal akan mendapatkan hukuman dan penghinaan di akhirat nanti.
Wallahu a'lam bishshowab.


W
A
S
i
i
b
a
N
n
a
a
l
A
'
u
u
l
l
o
h
S